A PIECE OF LIFE
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
Adegan
diawali oleh Doni seorang pemuda yang duduk dibarisan tangga dan berbicara
sendiri menceritakan kehidupannya disertai flashback2 kehidupannya.
Scene
pertama:
Doni
berbicara sendiri tentang kehidupannya.
“kehidupanku
nampak seperti kehidupan pemuda-pemuda normal biasa dari keluarga2 normal
Indonesia lainnya. Hingga ada suatu masalah yang membuat hidupku menjadi
berantakan, yakni perceraian kedua orang tuaku karena sebab ayahku memiliki
wanita simpanan lain.”
Gambar
berubah menjadi flashback pertengkaran kedua ortu Doni dan ayah Doni yang
memukul ibunya dan mencaci-maki ibunya. Diakhir scene kedua ortu doni berpisah.
Scene
kedua:
Doni
berbicara tentang kehidupannya yang mulai acak-acakan, tapi dia masih menghormati ibunya dengan
tidak mau membuat ibunya bersedih lagi dengan tingkah lakunya.
“kehidupan
bebas menjadi pelampiasanku, obat-obatan, seks bebas, miras dan hal-hal yang
tidak baik lainnya pernah ku coba. Tapi kemudian ibuku menyadarkanku akan
perbuatanku. Aku mulai berpikir, beginikah aku? Kenapa aku yang menjadi korban
dari kesalahan orang tuaku? Aku harus bangkit dan menata ulang hidupku!”
Flashback
saat Doni dan teman-temannya bergoyang dengan diiringi lagu disco yang sangat
kencang serta di kelilingi oleh cewek-cewek dengan pakaian kurang sopan.
Scene
ketiga:
Di
samping Doni muncul temannya Sari, perempuan yang membuatnya bangkit dari
keterpurukan. Sari adalah teman baik dan akrab Doni yang selalu mengingatkan
dan selalu memotivasi dirinya untuk menjadikan diri Doni menjadi lebih baik
lagi.
“ini
Sari, teman baik ku dan mungkin salah satu dari temanku yang sebenarnya. Teman
adalah harta yang lebih berharga daripada segunung emas, karena temanlah yang
biasanya yang mempengaruhi kita dalam kehidupan sehari-hari. Bila teman kita
baik maka bisa jadi kebaikannya itu akan mempengaruhi kita, lain lagi bila
teman kita ini adalah teman yang jahat dan selalu menjerumuskan kita, maka dia
adalah lembah keburukan dan sejelek-jeleknya hal yang pernah kita temui karena
keburukannya bisa saja mengontaminasi kita dan menjadikan diri kita agar sama
dengannya.”
Untung
saat itu akau tidak sengaja bertemu Sari di dalam perpustakaan kampus saat ia
terlihat bingung mencari-cari buku dan aku saat itu entah kenapa ingin
membantunnya. Dari sanalah aku mulai berkenalan dan mulai akrab dengannya.
Flashback
saat Doni membantu Sari mencarikan buku yang ingin ia cari dan berjabat tangan
dengan Sari serta mulai ngobrol-ngobrol santai dan dengan ekspresi wajah yang
ceria.
Scene
keempat:
Sari
mulai bicara kapan tepatnya ia mulai lebih akrab lagi dengan Doni saat ia
selesai melaksanakan sholat Dhuhur di masjid kampusnya.
“saat
itu selesai sholat Dhuhur di masjid kampusku, tampak di barisan shaf laki-laki
yang mulai sepi aku melihat Doni dengan kepala tertunduk berdoa dengan khusuk
dan tak sengaja aku melihatnya meneteskan air mata. Aku menunggu di depan
masjid hingga ia selesai sholat dan aku pun menghampirinya dan menanyakan ada
masalah apa yang sedang menimpanya? Doni cukup terbuka dan menceritakan
masalahnya dan meminta saran dariku, akupun member motivasi-motivasi padanya
hingga ia kembali ceria lagi. Mulai saat itu ia sangat akrab denganku dan mulai
berubah kehidupannya menjadi lebih baik lagi.”
Flashback
saat Doni berdoa sambil meneteskan air matanya, Sari menunggu di depan masjid
dan menghibur Doni hingga ia mulai gembira lagi.
Scene
kelima:
Doni
berbicara sebagai penutup.
“untuk
saat ini aku sangat bersyukur memiliki teman yang selalu membuatku bersemangat
akan hidup dan selalu membuatku ceria, bukannya teman yang justru membuat kita
semakin terjerumus dalam lembah hitam kelam. Aku juga bersyukur untuk ibuku
yang selalu sabar dan mengerti aku apa adanya serta sosok yang tidak akan
meninggalkan aku dalam kesendirian walau keadaanku saat itu sedang kacau dan
buruk.”
Diakhir
scene ada tulisan kata-kata mutiara penyemangat dari Doni.
Teman,
hargailah hidup ini dengan menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Jangan
sia-siakan jiwa-jiwa kita hanya karena kita manut dan ingin “akui” oleh
teman atau lingkungan kita. Jangan bunuh dan korbankan diri kita demi
popularitas yang semu. Sadarilah diri kita, kembangkan diri kita, jangan malu
ataupun takut akan kesalahan yang kita perbuat. Hal yang benar kadang datang
dari kesalahan-keslahan yang kita buat. Hiduplah untuk hidup, hargailah itu..
FIN
Comments
Post a Comment